Terimalah seadanya...inilah yg mampu disumbangkan

Isnin, 1 November 2010

Tewasnya Mbah Marijan dalam sujud !

Berikut adalah kutipan ungkapan-ungkapan beliau, yang penuh hikmah dan bisa kita ambil pelajarannya.

“Jangan tanya saya, tanyakan kepada Allah. Dia yang mengatur semua, Gusti Allah yang punya kehendak.” Jawaban si Mbah ketika orang bertanya kapan Merapi akan meletus.

“Kamu itu harus sering melihat ke bawah, jangan ke atas. Lihat nih Mbah, hidupnya seperti ini. Kasih tahu teman-teman yang hidupnya berlebih, contoh Mbah yang sederhana ini,” sambil memperlihatkan gajinya dari Keraton yang cuma Rp. 5.800,-

“Masalahnya, saya diizinkan atau tidak oleh pemerintah kalau saya berdoa kepada Gusti Allah… Cukup semua masyarakat bersama-sama berdoa, boleh dari rumahnya masing-masing, meminta kepada Allah agar Merapi tak jadi meletus.”

“Saya ini orang kecil, hanya berbahasa menggunanakan bahasa orang kecil. Karena itu, omongan saya didengar oleh orang kecil. Bahasa Indonesia itu hanya dipakai oleh orang besar. Dan bahasa Indonesia itu terkesan sombong, saya tak mau dibilang sombong.” (Tentang keengganannya berbahasa Indonesia).

Demikianlah, sebuah gambaran sisi kemanusiaan dari Mbah Marijan yang suka berdzikir di Masjid di depan rumahnya itu. Sosok yang rendah hati dan sederhana. Yang memegang teguh amanat hingga akhir hayatnya meski dengan upah yang tak seberapa. Yang meyakini keterbatasan kemampuan dirinya. Yang takut akan kesombongan dan meyakini sepenuhnya bahwa pada Allah-lah pengetahuan yang ghaib dan kekuasaan yang sebenarnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan