Terimalah seadanya...inilah yg mampu disumbangkan

Khamis, 17 November 2011

Alangkah siksanya jadi buah kelapa tua

Buah kelapa sangat penting dlm kehidupan kita. Namun ia hanya diperlukan apabila kita berhajat menggunakannya. Jika tidak ia hanya terbiar di bawah pelepah kering tidak ada siapa yg ambil peduli.

Namun kelapa tua tidak pernah susah hati kalau orang tidak ambil peduli. Ia tergantung dan terbuai-buai di atas pohon kelapa apabila di tiup angin. Kadangkala sampai masanya ia akan jatuh sendiri. Ada juga yang tidak jatuh tetapi datang orang menjoloknya dengan galah panjang seolah-olah tidak sabar untuk menunggu buah kelapa ini jatuh ke tanah

Jatuhnya buah kelapa ke tanah dengan satu bunyi yang kuat. Bayangkan kalau buah tembikai yang jatuh dah tentu bersepai. Ini buah kelapa tua punya ketahanan diri, namun ia musnah sedikit demi sedikit apabila kulit luarnya mula dikoyak-koyak dengan parang sehingga meninggalkan tempurung dalam yang cantik keras dan bulat

Tempurung bulat yg cantik ini ditetak pula dengan parang dengan sebegitu kuat sehingga terbelah dua di tengah-tengahnya. Tersemburlah air jernih dari dalam perutnya dan terdedahlah isi perutnya yang putih

Bagi kehidupan lain berarti tamatlah satu riwayat kehidupannya namun bagi buah kelapa tua ini baru bermula dan banyak lagi siksaan yang akan dihadapinya

Bayangkan isi perutnya yang putih itu di sagat, dikukur,tempurung luarnya dibuang yang tinggal hanya isinya kemudian diramas dan diperah dengan air untuk diambil patinya. Aduhai amat menyakitkan.

Kemudian minyak dipanaskan, rempah ratus dimasukkan lalu pati santan itu dimasukkan sekali ke dalam minyak panas sehingga mendidih namun yang paliknya campuran santan yang menggelegak bersama rempah ratus tetap mengeluarkan aroma yang membuka selera sehingga orang tidak sabar untuk bertanya

Gulai apa tuu...?sedap sangat baunya" Orang dapur menjawab "Gulai ikan Jenahak. Fulamak...! spesialnya gulai nie?Lembutnya isi ikan jenahak nie? Beli mana rempah nie...? Sedikit pun orang tidak bertanya tentang santan kelapa tua yang menyedapkan makanan.

Jasa pengorbanan kelapa tua tenggelam begitu sahaja. Perjalanan dan pengalamannya yg begitu panjang dan amat menyeksakan berlalu pergi spt hembusan angin diwaktu pagi

Alangkah indahnya kalau kita dapat berjasa spt kelapa tua ini. Jasa kita bukan untuk dipuji dan dipuja. Bukan pula untuk dikenang-kenang tetapi untuk kita terus mengabdi diri pada yang Maha Esa biarlah jasa kita tidak nampak pada sisi manusia tetapi... tetap pada perhatiaan Allah Yang Maha Berkuasa...Mampukah aku hidup setabah kelapa tua...????

Tiada ulasan:

Catat Ulasan